Tarung Sarung Sigajang Laleng Lipa

Tradisi Adu Kuat dari Suku Bugis


Tradisi Tarung Sarung telah memiliki sejarah panjang. Dahulu, tradisi ini bisa memakan nyawa. Dari namanya, sekilas mungkin kita sudah bisa membayangkan.

Namun ternyata, bukan bertarung menggunakan sarung seperti yang sering kita lakukan semasa kecil dulu. Disebut juga Sigajang Laleng Lipa, Tarung Sarung adalah saling tikam di dalam sarung.

Adu Kekuatan


Ada banyak cara menyelesaikan masalah. Mulai dari musyawarah, jalur hukum, hingga kekeluargaan. Suku Bugis punya Tarung Sarung untuk menyelesaikan permasalahan atau sengketa. Di-samping itu, tradisi ini juga erat kaitannya dengan harga diri keluarga. Bagi suku Bugis, harga diri adalah segalanya.

Namun, sebelum sampai pada Tarung Sarung. Masyarakat yang berselisih juga sudah melakukan musyawarah untuk menyelesaikan masalah. Sayangnya, musyawarah tidak selalu berakhir baik atau mufakat. Jika sudah begitu, Tarung Sarung dipilih sebagai jalan final untuk mengakhiri perselisihan.

Kedua belah pihak dari keluarga yang berselisih tidak bisa asal mengajak bertarung. Semua ada prosesnya. Masing - masing pihak memilih pria paling kuat di keluarganya. Tidak boleh memilih sembarangan karena membawa nama baik keluarga.

Sebelum mulai, masing - masing petarung juga seringkali melakukan ritual seperti berpuasa atau tidak bertemu perempuan. Saat tiba waktunya bertarung, tiada kata mundur. The show must go on.

Badik dan Sarung


Dua pihak yang bersengketa akan adu kekuatan dengan saling tikam badik di dalam sarung. Masing - masing petarung dibekali senjata badik warisan keluarga. Biasanya badik tersebut sudah diberi mantra tertentu supaya bisa menang.

Mereka saling bertarung melindungi harga diri dan keluarga besar masing - masing. Pertarungan tersebut menjadi pelampiasan emosi. Dahulu kala, bisa saja salah-satu diantaranya atau bahkan keduanya mati dalam pertarungan. Pemenangnya ialah siapa yang bertahan sampai akhir.

Apapun hasilnya, mereka yang kalah harus menerima dengan lapang dada. Semua yang terjadi dalam sarung tetaplah dalam sarung, tidak boleh dibawa keluar. Jadi setelah pertarungan itu tidak boleh lagi ada dendam atau perselisihan lanjutan. Makanya, semua emosi dicurahkan dalam pertarungan tersebut. Permasalahan selesai pada saat itu juga.

Meskipun sekarang sudah amat sangat jarang (dilarang) orang yang melakukan tradisi ini karena dahulu bisa memakan nyawa. Namun, Tarung Sarung masih sering dipentaskan supaya tetap bisa dilestarikan. Tradisi ini juga bahkan sudah diangkat jadi film berjudul Tarung Sarung.

Baca juga; 

loading...

Komentar

Popular

Mathemagic gimmick (bukan Sulap bukan Sihir)

SI-ADI DEMEN BABI (empiris)

Waktu Terbaik Promosi Bisnis Pada 4 Media Sosial

6 Bisnis Ciamik saat Pandemic

Kerja Keras + Cerdas + Tuntas + ikhlas = SUKSES

Model Modal (3M) Modol

3 kemungkinan penyebab nomor diblokir WhatsApp

Aku Seorang Pemakan Riba dan Aku Tidak Sendirian

5 aplikasi Soksial Media saat Social Distancing