Studi Kelayakan Usaha Desa 5

 



Bagian V


ASPEK KEUANGAN


Kajian aspek keuangan dimaksudkan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan dapat berlanjut.


Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas dari rencana usaha, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya suatu unit usaha BUMD dijalankan.


Aspek keuangan yang perlu dikaji meliputi;


1. Kebutuhan dana serta sumbernya.


2. Aliran kas.


3. Perkiraan laba - rugi.


4. Penilaian investasi rencana usaha.


Untuk menilai investasi dari rencana usaha dapat dilakukan dengan berbagai metode. Namun untuk keperluan kajian kelayakan usaha BUMD metode yang disajikan dalam tulisan ini sengaja dipilih metode yang cukup mudah digunakan. Metode penilaian investasi yang dimaksud meliputi; Profitability Index, Net Present Value, Pay Back Period dan Break Even Point.


Kebutuhan Dana dan Sumbernya.


Untuk merealisasikan usaha / bisnis dibutuhkan dana untuk biaya investasi. Biaya investasi diperlukan untuk membangun / mendirikan usaha, misalnya; pengadaan tanah, bangunan, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya kajian kelayakan usaha, pengurusan perizinan, dan lain - lain. Barang dan segala sesuatu yang diperoleh dengan biaya investasi ini disebut harta tetap.


Selain untuk biaya investasi, dana juga dibutuhkan untuk modal kerja. Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah rencana usaha nantinya siap dijalankan. Setiap jenis kegiatan usaha yang berbeda tentunya berbeda pula jenis biaya usaha atau biaya produksinya. Oleh karena itu, macam - macam biaya yang dikeluarkan untuk modal kerja disesuaikan dengan jenis kegiatan usahanya. Ini disebabkan oleh perbedaan cara, alat, bahan dan kebutuhan lainnya dalam memproduksi barang / jasa serta pemasarannya.


Setelah diketahui jumlah dana yang dibutuhkan, yang perlu diketahui lebih lanjut adalah dari mana sumber dana itu dapat diperoleh..?


Sumber dana atau permodalan BUMD dapat bersumber dari;


1. Bantuan dari Pemerintah; Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah.


2. Penyertaan modal pihak lain / kerjasama bagi hasil.


3. Tabungan masyarakat.


4. Kekayaan Desa.


5. Pinjaman.


Perhitungan Biaya Investasi (Modal Awal) Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUMD

Kelayakan Usaha BUMD

Keterangan;

*) Biaya investasi tanah tidak diperhitungkan, karena tanah milik desa dan perorangan yang digunakan untuk membangun bak penampungan dan menanam perpipaan tidak dipungut biaya.

**) Kantor dan Gudang Unit Usaha Pengelolaan Air BUMD menempati bangunan milik Pemerintah Desa diasumsikan sewa /tahun Rp. 1.500.000,-


Perhitungan Modal Kerja Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUMD

Kelayakan Usaha BUMD


Jumlah Dana yang diperlukan untuk Investasi dan Modal Kerja Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUMD

Kelayakan Usaha BUMD


Lebih lanjut, perlu dilakukan perhitungan biaya penyusutan terhadap investasi yang berbentuk harta tetap, misalnya; gedung, mesin, komputer, meja - kursi, peralatan, dan lain - lain. Perhitungan ini diperlukan untuk memperhitungkan laba / rugi dari kegiatan usaha. Perhitungan biaya penyusutan dapat dilakukan berdasarkan satuan waktu hari, minggu, bulan dan tahun. Penentuan satuan waktu tersebut disesuaikan keperluan dan sifat dari barang.


Perhitungan Biaya Penyusutan Investasi Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUMD


Kelayakan Usaha BUMD


Perkiraan Arus Kas


Berkaitan dengan kajian kelayakan usaha, perhitungan terhadap arus / aliran kas (cash flow) penting dilakukan karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih. Bagi pengelola keuangan, kas bersih justru lebih penting untuk diketahui, karena hanya dengan kas bersih ini perusahaan (BUMD) dapat melaksanakan pembayaran kewajiban keuangannya.


Kas pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu arus kas masuk dan arus kas keluar. Bagian arus kas masuk mencatat semua penerimaan uang yang berasal dari hasil transaksi, misalnya; hasil penjualan tunai barang, uang persewaan yang diterima, penerimaan uang cicilan simpan - pinjam, kredit modal kerja kepada pihak lain, penerimaan bunga simpanan uang dari bank, dan sebagainya. Sedangkan bagian arus kas keluar mencatat semua pengeluaran uang yang digunakan untuk; membayar pegawai, pengadaan bahan baku, membeli bahan bakar, membayar pajak, membayar bunga bank, menambah investasi, dan sebagainya.


Perkiraan Arus Kas Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUMD

Kelayakan Usaha BUMD

Catatan;

Dalam periode 5 (lima) tahun jumlah pelanggan, tarif air, dan biaya operasional diasumsikan tetap.


Perkiraan Laba - Rugi.


Perkiraan atau proyeksi laba - rugi penting dilakukan, karena salah - satu tujuan BUMD melakukan kegiatan usaha adalah mendapatkan keuntungan atau laba usaha. Apabila dari proyeksi laba - rugi menunjukkan rugi, maka sebaiknya rencana kegiatan usaha perlu dicari alternatif usaha lain dengan cara memperhitungkan kembali aspek - aspek keuangan agar mencapai keadaan yang dapat menghasilkan laba. Jika tidak ada alternatif, dan hasil proyeksi tetap rugi, sebaiknya rencana kegiatan usaha dihentikan saja.


Berikut ini merupakan contoh proyeksi laba - rugi yang disarikan dari data kajian kelayakan usaha pengelolaan air BUMD;

Kelayakan Usaha BUMD

Keterangan;

*) Kebetulan kasus pengelolaan air di Desa bahan baku air tinggal mengalirkan saja dari sumbernya sehingga tanpa biaya, dan tenaga kerja dirangkap oleh pengelola yang diberi tunjangan (insentif) bulanan (dimasukan ke dalam Biaya Usaha). Untuk kasus lain, harap menyesuaikan dengan keadaan setempat.


Penilaian Investasi.


Jika dalam periode yang sama terdapat beberapa usulan rencana usaha yang ternyata layak untuk dijalankan, sedangkan dana yang tersedia tidak mencukupi, maka perlu dicari solusi. Salah - satunya adalah dengan melakukan urutan prioritas terhadap usulan - usulan bisnis itu. Untuk melakukan penilaian investasi serta melakukan analisis urutan prioritas adalah sebagai berikut;


A. Metode Pay Back Period (Waktu Kembali Modal)


Metode ini sederhana dan sudah dikenal secara umum. Ketika seorang pemilik modal ditawari untuk melakukan investasi (modal) usaha maka ia akan bertanya “Berapa lama modal saya akan kembali..?” Dalam manajemen keuangan hal itu dikenal dengan sebutan payback period, yaitu suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Cara perhitungannya sederhana, sbb;


Rumus;


Pay Back Period

= (Nilai Investasi Awal : Kas Masuk Bersih) X 1 tahun


Kriteria penilaian;


Jika Pay Back Period lebih pendek waktunya dari maksimum Pay Back Period yang dapat diterima, maka usulan investasi dapat diterima. Misalnya; kita mensyaratkan Pay Back Period maksimum yang dapat diterima adalah 5 tahun, sedangkan hasil perhitungan menunjukan 4 tahun, maka usulan investasi tersebut DITERIMA.


Metode Pay Back Period ini cukup sederhana, namun mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu periode ini tidak memperhatikan perubahan nilai mata uang dalam periode mendatang. Selain itu juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah modal kembali. Jadi pada umumnya metode ini digunakan sebagai pendukung metode lain yang lebih baik.


Contoh;


Investasi Awal unit usaha pengelolaan air BUMD adalah sebesar Rp. 76.450.000,- dan Arus Kas Masuk Bersih sebesar Rp. 24.230.000,-. Berdasarkan data ini, dapat diperhitungkan Pay Back Periodnya sebagai berikut;


Payback Period = (76,450,000 / 24,230,000) X 1 tahun

= 3,16 tahun atau 3 tahun lebih 2 bulan.


Hasil perhitungan tersebut diatas menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk kembali modal adalah selama 3 tahun lebih 2 bulan. Jika batasan periode waktu kembali modal yang dapat diterima adalah 5 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha pengelolaan air BUMD dinyatakan layak untuk direalisasikan, karena modal yang ditanamkan akan kembali dalam waktu yang lebih cepat dari waktu maksimum yang dapat diterima.


B. Metode Net Present Value (NPV)


Net Present Value (nilai sekarang) yaitu selisih antara biaya investasi dengan nilai sekarang dengan penerimaan - penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang berlaku.



Keterangan;


AKt = aliran kas per tahun pada periode t I0 = investasi awal pada tahun ke 0

b = suku bunga (discount rate) biasanya suku bunga sertifikat Bank Indonesia atau bunga deposito digunakan sebagai acuan.


Kriteria penilaian;


Jika NPV > 0, maka usulan rencana usaha diterima.

Jika NPV < 0, maka usulan rencana usaha ditolak.

Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walaupun usulan rencana usaha diterima ataupun ditolak.


Contoh;


Berikut ini merupakan perhitungan NPV berdasarkan biaya investasi dan arus kas bersih bagi unit usaha pengelolaan air BUMD. Total investasi awal sebesar Rp. 76.450.000,- Arus kas bersih diasumsikan tetap / konstan selama periode 5 tahun, yaitu sebesar Rp. 24.230.000,- /tahun. Suku bunga bank diasumsikan 7% per tahun.


Perhitungan NPV Arus Kas Bersih untuk Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUMD

Kelayakan Usaha BUMD


Berdasarkan contoh perhitungan NPV di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rencana kegiatan usaha pengelolaan air BUMD layak untuk dijalankan, karena NPV = Rp. 22.897.784,- Berarti NPV> 0 (bernilai positif).


C. Metode Profitability Index (PI)


Profitability Index (indeks untuk dapat untung) merupakan metode untuk menghitung perbandingan antara nilai arus kas bersih yang akan datang dengan nilai investasi yang sekarang. Jadi profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara Present Value (PV) Kas Masuk dengan PV Kas Keluar.


Rumus;


PI = PV Kas Masuk : PV Kas Keluar


Kriteria Penilaian:


jika PI > 1, maka usulan rencana usaha dikatakan menguntungkan.

jika PI < 1, maka usulan rencana usaha tidak menguntungkan.


Contoh;


Dengan menggunakan nilai Present Value yang tercantum pada Tabel di atas, kita dapat dengan mudah menghitung Profitability Index.


Caranya; PV untuk arus kas bersih tahun ke 1 sampai dengan tahun ke 5 dijumlahkan, kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan PV investasi awal. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut;


PI = Rp 99.347.784,- : Rp 76.450.000,-

= 1,30


Kesimpulan;


Kegiatan usaha pengelolaan air BUMD jika dijalankan akan memperoleh untung / laba, karena PI = 1,30. Berarti PI > 1.


D. Break Even Point (Titik Impas)


Analisis break even point atau titik impas digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa faktor di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Pendapatan perusahaan merupakan penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasi merupakan pengeluaran untuk kegiatan perusahaan. Biaya operasi ini terbagi atas dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak tetap).


Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik atau turunnya produksi yang dihasilkan. Contoh; gaji pengurus / pengelola BUMD, biaya rapat, biaya penyusutan, bunga bank, dan lain - lain.


Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya berubah - ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi. Contoh; biaya untuk membeli bahan baku, biaya bahan bakar mesin produksi, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya.


Break Even Point (BEP) merupakan keadaan yang menunjukkan Total Pendapatan sama dengan Total Biaya.


Total Pendapatan adalah jumlah unit barang terjual dikalikan harga satuan barang, sedangkan total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Rumus BEP adalah sebagai berikut;


BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel Rata-Rata)


Contoh 1;


Biaya tetap pengelolaan air BUMD sebesar Rp. 8.170.000,- /tahun atau Rp. 680.833,- /bulan. Biaya tetap ini untuk membayar ATK dan gaji / tunjangan pengurus dan pengelola. Biaya variabelnya Rp. 0,- karena produksi air tidak menggunakan mesin (tinggal mengalirkan saja melalui perpipaan) dan tidak ada biaya tenaga kerja langsung. Jumlah pelanggannya sebanyak 400 rumah - tangga. Berarti Biaya Tetap /pelanggan /bulan = Rp. 680.833,- : 400 = Rp. 1.702,- Harga jual /M3 sebesar Rp. 250,- Berdasarkan data tersebut BEP dapat dihitung sebagai berikut;


BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel Rata-Rata)

= 1.702 : (250 – 0) = 6.81


Makna dari hasil perhitungan tersebut adalah, untuk mencapai BEP atau titik impas maka volume air yang harus terjual kepada setiap pelanggan rata-rata 6,81 M3 /bulan, dengan catatan jumlah pelanggan tetap sebanyak 400 rumah - tangga.


Contoh 2;


Untuk memperjelas perhitungan BEP, berikut ini merupakan contoh dengan permisalan seorang produsen tempe;


Harga jual tempe /satuan sebesar Rp 500,- biaya tetap sebesar Rp. 10.000,- dan biaya variabel sebesar Rp 100,- /satuan, maka jumlah yang diproduksi agar mencapai BEP adalah;


BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel Rata-Rata)

= 10.000 : (500 – 100) = 10.000 : 400

= 25 tempe


Jadi jumlah produksi tempe agar mencapai titik impas adalah 25 tempe dikali harga Rp 500,-


Jika biaya tetap dan biaya variabel tidak berubah, dan harga jual /satuan berubah (naik) maka jumlah unit produksi untuk mecapai BEP akan menjadi lebih kecil.


Baca juga; Studi Kelayakan Usaha Desa 6


loading...

Komentar

Popular

Mathemagic gimmick (bukan Sulap bukan Sihir)

SI-ADI DEMEN BABI (empiris)

Waktu Terbaik Promosi Bisnis Pada 4 Media Sosial

6 Bisnis Ciamik saat Pandemic

Kerja Keras + Cerdas + Tuntas + ikhlas = SUKSES

Model Modal (3M) Modol

3 kemungkinan penyebab nomor diblokir WhatsApp

Aku Seorang Pemakan Riba dan Aku Tidak Sendirian

5 aplikasi Soksial Media saat Social Distancing