Laut bukan tempat Sampah (dan Limbah)


Abstrak

Berisi upaya persuasi mengenai habit masyarakat pesisir serta para penikmat laut dan pantai untuk selalu menjaga kebersihan dan pelestarian serta keasrian pesona laut dan pantai, juga untuk melindungi eksistensi habitat biota laut.

Sampah Laut
Jangan buang sampah di laut

LAUT


Merupakan salah-satu unsur penting bagi manusia, meliputi aktivitas industri transportasi dan perdagangan serta sebagai sumber tenaga pembangkit listrik, hal-hal tersebut membuat laut menjadi sangat diperhitungkan dalam strategi peperangan dan perompakan serta pelarungan, di-sisi lain; laut juga dapat menjadi sumber ancaman bencana alam seperti tsunami, siklon tropis dan lain sebagainya.

Selain menjadi tempat pariwisata ekologi seperti melihat paus dan mengamati burung, laut juga menjadi tempat favorit rekreasi seperti bersantai, berendam, berenang, berselancar, balap perahu motor dan diving serta yachting.

Namun seiring dengan pertumbuhan penduduk, industrialisasi perikanan dan perburuan tiram mutiara serta industri ekstraktif, kini semua itu telah menimbulkan polusi laut. Karbon dioksida di atmosfer yang makin meningkat jumlahnya juga telah menurunkan nilai pH laut melalui proses pengasaman samudera sehingga menjadi masalah bagi laut yang merupakan kepemilikan bersama.

Suku Asli Pesisir

  • Di perairan Arktik, suku-suku asli seperti suku Chukchi, Inuit dan Inuvialuit serta Yupik memburu mamalia-mamalia laut seperti anjing laut dan paus.
  • Di perairan Asia Tenggara terdapat beberapa masyarakat nomaden yang tinggal di dalam perahu dan mencukupi hampir seluruh kebutuhan mereka dari sumber daya laut.
  • Suku Moken dapat dijumpai di pesisir Myanmar dan Thailand serta kepulauan di Laut Andaman.
  • Suku Kepulauan Selat Torres di Australia dan Papua Nugini menjalani kehidupan tradisional mereka dengan memancing, berburu, dan berkebun, serta berdagang dengan suku-suku tetangga di daratan utama.
  • Suku Bajau menempati wilayah pesisir Kepulauan Sulu, Timor, Maluku, Mindanao, hingga Sulawesi, dan Kalimantan Utara. Suku-suku laut nomaden tersebut merupakan penyelam bebas yang handal, mereka mampu mencapai kedalaman 30 meter, namun beberapa diantara mereka juga ada yang tinggal di daratan.

Kehidupan Laut


Samudera merupakan habitat beraneka-ragam kehidupan biota laut. Sinar matahari hanya menerangi lapisan permukaannya saja, sehingga sebagian besar samudera berada dalam keadaan gelap permanent. Terdapat habitat-habitat tersendiri untuk spesies-spesies yang unik pada setiap tingkatan kedalaman serta zona suhu yang berbeda, sehingga lingkungan laut memiliki keaneka-ragaman hayati yang tinggi.

Terdapat bermacam-macam habitat laut, dari habitat di permukaan hingga palung yang paling dalam. Beberapa contohnya adalah terumbu karang, padang lamun, kolam pasang-surut, hutan kelp, dasar laut yang berlumpur, berpasir dan berbatu, serta zona pelagik terbuka.

Organisme yang hidup di laut juga bermacam-macam, dari paus dengan panjangnya mencapai 30 meter, hingga fitoplankton dan zooplankton mikroskopis, fungi serta bakteri. Kehidupan laut sangat berperan penting dalam siklus karbon sebagai organisme fotosintetik yang mengubah karbon dioksida terlarut menjadi karbon organik.

Polusi Laut


Terdapat banyak zat yang bisa mencemari laut akibat kegiatan manusia, produk-produk pembakaran terbawa oleh udara kemudian mengendap di laut setelah terjadinya presipitasi, limbah industri dan pertanian serta limbah rumah tangga mengakibatkan masuknya PCB, pestisida, disinfektan, logam berat dan produk pembersih serta bahan kimia sintetik lainnya ke dalam laut, zat-zat ini pun menumpuk di permukaan dan di sedimen laut, terutama di lumpur muara.

Dampak dari limbah-limbah tersebut belum dapat diketahui secara pasti, dikarenakan banyaknya zat-zat yang masuk, serta kurangnya informasi perihal dampaknya secara biologis. Seng, raksa, timbal, dan kadmium, serta tembaga, merupakan jenis logam berat yang paling mengkhawatirkan, karena dapat mengalami bio-akumulasi pada invertebrata-invertebrata laut, limbah-limbah tersebutlah yang kemudian mencemari rantai makanan.
  • Fasilitas nuklir mencemari lautan, laut Irlandia telah terkontaminasi oleh sesium-137 yang bersifat radioaktif yang berasal dari pabrik pengolahan bahan bakar nuklir Sellafield di Seascale. Kecelakaan nuklir juga berakibat masuknya materi-materi radioaktif ke dalam laut, seperti yang terjadi selama bencana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima I pada tahun 2011.
  • Polusi minyak di laut berasal dari kota-kota industri, minyak sangat berbahaya bagi burung-burung laut, misalnya minyak menutupi bulu burung sehingga mengurangi efek insulasi serta gaya apung burung-burung tersebut, dan minyak juga dapat tertelan sehingga meracuni burung ketika mereka mencoba menjilati bulu-bulunya untuk menghilangkan minyak tersebut.
    • Mamalia laut tidak terlalu terdampak polusi minyak, namun dapat mengalami kedinginan akibat berkurangnya efek insulasi, dan mereka juga bisa buta atau dehidrasi bahkan keracunan. Ikan-ikan akan keracunan dan rantai makanan pun menjadi terganggu. Invertebrata-invertebrata bentik juga dapat terkontaminasi ketika minyak tenggelam
    • Dalam jangka pendek, tumpahan minyak berakibat mengurangi populasi biota laut, dan membuat ekosistem menjadi tidak seimbang, bahkan mengganggu rekreasi pariwisata, serta merusak sumber mata pencaharian orang-orang yang bergantung pada sumber daya laut, kendati demikian; kini telah terlahir bakteri-bakteri laut yang dapat menghilangkan polusi minyak di lautan, di Teluk Meksiko telah ditemukan bakteri-bakteri pemakan minyak, hanya perlu waktu beberapa hari saja untuk mengkonsumsi habis tumpahan minyak di laut.
  • Pupuk dari lahan pertanian juga telah menjadi sumber polusi yang besar dibeberapa wilayah, air limbah yang masuk ke dalam lautan juga berdampak serupa, nutrien atau hara tambahan dari limbah tersebut dapat mengakibatkan eutrofikasi atau pertumbuhan tanaman serta alga secara berlebihan, hal ini dapat mengurangi kadar oksigen di dalam air sehingga bisa membunuh hewan-hewan laut.
    • Peristiwa semacam ini telah menciptakan zona-zona mati di Laut Baltik dan Teluk Meksiko, peristiwa ledakan populasi alga disebabkan oleh siano-bakteri, yang dapat meracuni kerang-kerang yang memakan organisme-organisme tersebut dengan cara menyaringnya, sehingga bisa membahayakan hewan-hewan lain seperti berang-berang laut.
  • Sampah-sampah plastik yang terapung di lautan tidak dapat terurai secara langsung, akibatnya terdapat pulau sampah raksasa yang kebanyakan berisi sampah plastik di tengah girus Pasifik dan di Samudera Atlantik.
    • Burung-burung laut seperti albatros dan petrel akan mengira bahwa sampah-sampah tersebut adalah makanan, sehingga plastik akan mengalami akumulasi di dalam sistem pencernaan mereka. Dan bahkan penyu dan paus juga telah ditemukan bahwa terdapat kantong plastik dan benang pancing di dalam perut mereka. Mikroplastik dapat tenggelam sehingga dapat mengancam hewan penyaring di dasar laut.
Pencemaran laut (sampah, minyak, dan limbah, serta cairan berbahaya lainnya) telah diatur oleh hukum internasional. Konvensi London pada tahun 1972 merupakan suatu perjanjian internasional yang bertujuan mengendalikan pembuangan sampah dan limbah ke samudera, dan perjanjian tersebut telah diratifikasi oleh 89 negara pada tanggal 8 bulan Juni tahun 2012. Selain itu juga terdapat konvensi MARPOL 73/78 yang bertujuan untuk meminimalisasi polusi laut yang diakibatkan oleh kapal-kapal. Pada bulan Mei tahun 2013, sebanyak 152 negara maritim telah meratifikasi MARPOL tersebut termasuk Indonesia.

PESAN


Laut untuk dijaga.
Laut untuk dicinta.
Laut bukan untuk dirusak.
Laut bukan untuk dicemari.
Laut bukan tempat pembuangan limbah.
Laut bukan tempat pembuangan sampah.
Laut bukanlah tempat pembuangan akhir.

Karena dibutuhkan waktu berminggu-minggu hingga ratusan tahun lamanya untuk mengurai sampah, maka buanglah sampah pada tempatnya, bukan di laut, JAGALAH KEBERSIHAN LAUT..!!!


loading...

Komentar

  1. Bener banget pak Anjaz... Heran lihat orang2 ko bisa di rumahnya ga mau buang sampah tapi masa bodoh bamget saat buang sampah di luar rumahnya, di tol, di di sungai di laut dll ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua dimulai dari diri kita terlebih dahulu bu, pasti akan menular ke orang lain, semoga ini bermanfaat, thanks 🙏

      Hapus

Posting Komentar

Popular

Mathemagic gimmick (bukan Sulap bukan Sihir)

SI-ADI DEMEN BABI (empiris)

Waktu Terbaik Promosi Bisnis Pada 4 Media Sosial

6 Bisnis Ciamik saat Pandemic

Kerja Keras + Cerdas + Tuntas + ikhlas = SUKSES

Model Modal (3M) Modol

3 kemungkinan penyebab nomor diblokir WhatsApp

Aku Seorang Pemakan Riba dan Aku Tidak Sendirian

5 aplikasi Soksial Media saat Social Distancing